TABUNG YEIS DAN KEGUNAAN NYA
Salah satu kekurangan dari mesin 2 langkah adalah tidak terpisahnya proses pembakaran dan pemasukan. Gas buang sisa pembakaran didorong keluar oleh desakan dari gas baru masuk dari crankcase (karter). Semaik efektif sistem pembilasan (scavenging) ini maka mutu pembakaran berikutnya akan semakin baik karena kemungkinan gas buang tercampur dengan gas baru akan berkurang. Namun jika gas datang dibilaskan “sebanyak-banyaknya” maka mereka semua akan terbuang percuma menuju ke knalpot tanpa berguna menghasilkan tenaga. Seperti sebagian sudah mengetahui, knalpot pada motor 2 langkah memegang peranan penting sekali
dalam menghasilkan tenaga, kadang >30%. Knalpot2 modern mesin 2 langkah dirancang tidak saja mampu “menyedot” gas buang dan gas baru untuk proses pembilasan yang sempurna, namun juga mampu “mendorong balik” gas baru yang sebelumnya telah tersedot keluar kembali menuju mesin. Inilah yang menyebabkan mesin 2 langkah mempu mencapai efisiensi volumetrik (VE) >100%. Pada mesin 4 langkah non turbo dan supercharger VE berkisar antara 60-75% untuk kendaraan produksi dan mendekati 90% untuk mesin balap (kondisi statik, pada daerah putaran mesin tertentu saja). Jadi dengan VE 60% suatu mesin dengan volume 100cc hanya mampu membakar 60cc campuran gas & bahan bakar. Menurut data dari Eric Gorr, mesin2 GP125 umumnya mencapai VE sampai 144%, yang berarti mereka membakar 180cc dengan kapasitas silinder hanya 125cc saja! Pada saat VE maksimum, konsumsi BBM mesinpun menurun berdasarkan perhitungan BSFC tentunya!
BSFC = Brake Specific Fuel Consumption, artinya berapa banyak tenaga
yang bisa dihasilkan suatu mesin per satuan bahan bakar yang
dikonsumsinya.
Oleh karena itu para pembuat motor 2
langkah meningkatkan desain knalpot untuk mendapatkan tenaga yang
semakin baik dan efisien. Tapi sayangnya kondisi ini tidak gratis.
Knalpot yang dirancang untuk bekerja efisien di putaran tertentu
cenderung membuat pengoperasian diputaran lainnya menjadi tidak efisien.
Detil dari cara kerja knalpot tidak akan saya bahas disini karena akan
membuat fokus topik blur, jika ADA yang berminat, maka akan saya posting
di artikel terpisah.
Singkat kata demi mendapatkan mesin yang
mampu beroperasi dengan efisien di putaran tertentu, produsen selama ini
terpaksa berkompromi pada putaran mesin lainya. Dalam istilah Yamaha
kondisi ini disebut dengan “through of torque” (TOT). Pada kondisi ini
tenaga mesin menurun, konsumsi bahan bakar dan tingkat rideability motor
pun menurun. Penggunaan IC atau YEIS ternyata mampu mengurangi kerugian
dari desain knalpot yang baik. Dengan cara ini maka daerah
pengoperasian efisien dari suatu mesin meluas. Misal sebelumnya motor
mulai bertenaga mulai dari putaran 5000rpm – 8000rpm, kini dapat menjadi
3000rpm – 8000rpm. Cara paling mudah untuk mengetahui pada putaran mesn
berapa mesin mengalami TOT adalah dengan membuka saringan udara dan
melihat kapan karburator memuntahkan kabut tipis kearah luar. Kabut
tipis ini akan mengacaukan pembakaran karena mesin akan mendapatkan
campuran bahan bakar yang terlalu kaya (kebanyakan bensin). Kabut bensin
tipis ini terjadi karena pulsa gelombang knalpot yang kembali ke mesin
sebelum waktunya, mambuat bahan bakar yang masuk termuntahkan keluar
lagi melalui karburator. Pada saat pulsa ini melewati venturi karburator
dia selalu mengangkat bensin dari dalam mangkuk karburator karena sifat
venturi karburator itu sendiri. Jika kita mengurangi pasokan bensin
pada putaran tersebut maka solusi masih belum terjawab arena pada
kondisi beban penuh mesin malah akan kekurangan bensin. Mirip buah
simalakama. Motor yang diset enak untuk pemakaian ringan tidak memiliki
settingan sama dengan mesin yang enak dipakai berakselerasi.
Yamaha menemukan bahwa kondisi “through of torque” terjadi pada kondisi:- Beban ringan
- Pembukaan gas kecil <1/4 throttle
Dalam menemukan dimensi optimal dari tabung YEIS, Yamaha melakukan
penelitian yang akhirnya membuahkan hasil sebagai berikut:
Prinsip kerja menggunakan resonansi dari pulsa gelombang intake
(pemasukan) – Intake pulse resonant. Dari sekian banyak model dan nama
yang beredar dipasaran, prinsip kerjanya tetap sama. Prinsip kerjanya
memanfaatkan fenomena yang ditemukan oleh tuan Hemholtz. Tuan Hemholtz
telah merumuskan suatu formula universal yang mendasari teori resonansi
gas dalam suatu tabung. Rumus umunya adalah sebagai berikut:
F = Vs/2pi*((A/VC(L+1/2(A*pi)^0,5))^0,5
dimana,
F=frekuensi resonansi (Hz)
Vs=kecepatan suara dalam gas (cm/menit)
A=luas area tabung (cm^2)
L=panjang tabung (cm)
Vc=volume tabung (cm^3)
pi=3,14.
Untuk kasus dalam IC maka rumusnya berubah menjadi sebagai berikut:
F = a/2pi*((pi*(Dp/2)^2/Vb*(Lp+1,57*(Dp/2)))^0,5
dimana,
F = frekuensi resonansi/putaran mesin (Hz)
pi = 3,14
Dp = diameter batang pipa IC (cm)
Lp = panjang pipa IC (cm)
Vb = Volume tabung (bukan pipa) IC (cm)
a = kecepatan suara dalam gas, biasa digunakan 204000 cm/detik
Mesin yang menjadi bahan penelitian pada waktu itu memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Bore/diameter piston = 56mm
Stroke/langkah piston 50mm
Volume/kapasitas = 123cc
CR/kompresi = 1:6.67
Port timing
Exhaust/lubang buang = 90deg
Transfer/lubang bilas = 121deg
Kalau anda perhatikan sangat mirip dengan model indonesia yang dikenal
dengan nama RX-King bukan? Hanya saja dengan rasio kompresi yang lebih
kecil dan kapasitas silinder hanya 123cc.Dari hasil penelitian terbukti
bahwa YEIS ini mampu mengembalikan torsi yg hilang karena faktor design
mesin dan mengurangi konsumsi bahan bakar sampai 14% pada kondisi
pengoperasian sehari-hari.
Sebagai contoh:
Vb = 400cc
Dp = 0,8cm
Lp = 20cm
maka akan didapatkan,
F sebesar 41,667Hz atau 2500rpm
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Yamaha akhirnya didapat
kesimpulan sebagai berikut.
YEIS berfungsi optimal pada kondisi-kondisi:
- Frekuensi maksimum dari YEIS harus dibuat sama dengan frekuensi (rpm)
pada saat mesin mengalami TOT
- Volume dari tabung utama YEIS harus dibuat minimal sama dengan volume
silinder mesin.
- luas penampang dari batang YEIS yang berada pada intake manifold harus
minimal sama dengan ukuran luas penampang efektif karburator pada
pembukaan yang diinginkan. Misal 1/4 throttle pada karburato 28mm sama
dengan 1/4 x pi x (14)^2= 153,938mm^2
Dari hasil percobaan juga diketahui bahwa YEIS tidak menunjukkan
pengurangan berarti pada output WOT (wide open throttle) – WOT = kondisi
bukaan gas penuh, sedikit sekali penurunan dari output maksimum mesin.
Menurut hemat saya selama bentuk laluan dari intake manifild dan posisi
lubang YEIS tidak terlalu menghambat aliran gas masuk, maka pemakaian
YEIS memberikan selalu akan memberikan keuntungan.
Menurut John Robinson pada bukunya: 4 stroke Tuning, pemakaian intake
chamber juga memberikan keuntungan dengan mengurangi blowback di
karburator. Hasilnya tentu tenaga konsumsi bahan bakar yang lebih baik
pada putaran rendah. Pengalaman pribadi saya juga membuktikan bahwa
pemakaian IC pada motor 4 langkah (GL Pro dan Supra) sangat meningkatkan
respon mesin pada putaran rendah (1000 – 2000rpm). Masalahnya hanya
ribet saja karena bingung tabung nongol-nongol disekitar intake
manifold.
(http://extraordinaryperson.wordpress.com/)
UP..sangat bermanfaat. Mohon saran pembuatan yeis untuk f1zR o 50 standart belum oprek/ob, bagaimana ketentuan diameter dan panjang selang serta volume tabung. Ditunggu juga ulasan knalpot F1Z R
BalasHapusRinci sekaleeee...makasihh
BalasHapusBohon bantuan nya senior ku seprofesi.saya lagi nanganin motor yang pertama kali di engkol gas langsung tinggi . sedangkan skep rapet turun kebawah,dan ga ada ronga masuk udara dari paking intek atau membran yang mangap.tolong solusi nya
BalasHapus